Secrita
Salah satu temuan yang paling banyak dikutip berasal dari sebuah studi pilot double-blind cross-over (2019) yang diterbitkan di Journal of Integrative Medicine. Penelitian tersebut membandingkan efek musik yang disetel pada 432 Hz dan 440 Hz terhadap sekelompok peserta.
Hasilnya menunjukkan bahwa:
Musik yang disetel ke 432 Hz cenderung menurunkan detak jantung subjek penelitian lebih banyak dibandingkan dengan musik 440 Hz.
Frekuensi 432 Hz juga dikaitkan dengan penurunan sedikit pada tekanan darah.
Penemuan ini mengindikasikan adanya efek fisiologis yang terukur, yang mengarah pada kesimpulan bahwa 432 Hz dapat mendorong keadaan rileksasi yang lebih dalam.
Penelitian lain berfokus pada potensi 432 Hz sebagai alat terapi. Sebuah studi quasi-experimental (2022) tentang mahasiswa keperawatan menunjukkan bahwa terapi musik instrumental frekuensi 432 Hz efektif dalam penurunan stres akademik (Seprian et al., Malahayati Nursing Journal).
Para peneliti mencatat bahwa musik 432 Hz terbukti memengaruhi fisiologis seseorang yang mengalami stres dengan menurunnya tekanan darah, denyut jantung, dan laju pernapasan, yang secara kolektif menyebabkan efek rileks (Hatmanti & Septianingrum, 2019, seperti dikutip dalam Seprian et al.).
Pengaruh ini dapat dijelaskan karena 432 Hz sering dikaitkan dengan gelombang otak alpha (sekitar 8–12 Hz), yang merupakan kondisi gelombang otak yang dominan selama keadaan santai, meditasi, dan kreativitas.
Meskipun hasil awal dari studi-studi ini menjanjikan, penting untuk mengakui keterbatasan yang ada:
Subjektivitas Pendengaran: Perbedaan 8 Hz (440 Hz vs. 432 Hz) sangatlah kecil. Bagi kebanyakan orang, perbedaan ini mungkin tidak terasa signifikan. Efek relaksasi yang dirasakan bisa jadi merupakan efek plasebo atau hanya disebabkan oleh kualitas musik instrumental yang digunakan untuk terapi (yang memang bertujuan menenangkan), bukan semata-mata frekuensinya.
Kebutuhan Uji Coba yang Lebih Luas: Sebagian besar studi tentang 432 Hz masih berskala kecil (pilot study). Diperlukan uji klinis acak terkontrol dengan sampel yang lebih besar dan parameter klinis yang lebih beragam untuk mendapatkan bukti ilmiah yang benar-benar komprehensif.