Secrita - September 26, 2025 - 06:50 | Secrita
“Gundah”: Pesona Pop Indie The Cottons dan Kehangatan Vokal Ikonik Aprilia Apsari

“Gundah”: Pesona Pop Indie The Cottons dan Kehangatan Vokal Ikonik Aprilia Apsari

Instagram

Kancah musik indie pop Indonesia kembali dihangatkan dengan sebuah kolaborasi yang tak terhindarkan namun selalu dinantikan: unit musik asal Jakarta, The Cottons, menggandeng vokalis ikonik Aprilia Apsari (dikenal sebagai Sari dari White Shoes & The Couples Company atau WSATCC) dalam single terbaru mereka, "Gundah". Lagu ini adalah sebuah eksplorasi musikal yang dalam, membawa pendengar ke dalam suasana melankolis dengan sentuhan vintage yang khas.

Dirilis sebagai langkah awal menuju album penuh The Cottons, "Gundah" sukses menjadi jembatan manis antara nuansa pop-folk yang dibawakan pasangan Yehezkiel Tambun dan Kaneko Pardede, dengan kehangatan suara Aprilia Apsari yang selalu terasa familier dan menenangkan.

Aransemen: Sebuah Pelukan yang Sunyi

"Gundah" secara musikal memiliki aransemen yang kaya namun tidak berlebihan, sebuah ciri khas yang membuat musik The Cottons disukai. Dimulai dengan beat drum lembut, flute yang merdu, dan instrumen perkusi yang minim, lagu ini langsung membangun suasana yang sunyi dan intim.

Uniknya, The Cottons berani menambahkan eksplorasi instrumen seperti flute (diisi oleh Harry Winanto dari WSATCC) dan perkusi, memberikan dimensi baru pada lagu pop mereka. Hasilnya adalah komposisi yang terasa organik, seperti musik yang diputar dari piringan hitam lama; hangat, bertekstur, dan penuh kerinduan.

Kolaborasi ini terasa sangat natural. Karakter vokal Sari yang lembut, jernih, dan sering diasosiasikan dengan era musik retro Indonesia tahun 60-an dan 70-an, menyatu sempurna dengan melodi The Cottons yang fokus pada narasi emosional. Vokal Sari di sini bukan sekadar tempelan, melainkan tulang punggung yang membawa Gundah pada tingkat kedalaman emosi yang lebih tinggi.

Lirik: Fragmen Kerentanan dan Harapan Tipis

Sesuai judulnya, lirik "Gundah" berbicara tentang kerentanan, kerinduan, dan harapan yang rapuh di tengah kegelisahan. Liriknya terasa puitis namun tetap lugas, menggambarkan perasaan seseorang yang berada di ambang ketidakpastian.

"Fragmen-fragmen waktu, datang meracuni rindu... Sebatas harapan, tipisnya bertahan."

The Cottons, yang dikenal sering mengangkat tema-tema emosional yang relatable seperti pada EP Harapan (2024), kembali berhasil menyajikan sebuah narasi lirik yang menusuk hati tanpa harus berteriak. Ini adalah lagu yang Anda dengarkan saat sedang merenung di tengah malam, ditemani secangkir teh panas.

artikel musik lainnya

Seberapa Relevan Indopunk dari Pestolaer Bagi Generasi Punk Indonesia Kini?

Seberapa Relevan Indopunk dari Pestolaer Bagi Generasi Punk Indonesia Kini?

Album Indopunk Pestolaer: keberanian ekspresi, gaya…

5 Lagu, 8 Menit, Marah Marah Nggak Berhenti, Rosen Muller : Quartet Circus Party

5 Lagu, 8 Menit, Marah Marah Nggak Berhenti, Rosen Muller : Quartet Circus Party

Hanya 8 menit, 5 lagu, dan amarah tanpa henti! Simak…

“MALING” Teriakan Jenaka Sukses Lancar Rejeki yang Langsung Tembus Kuping

“MALING” Teriakan Jenaka Sukses Lancar Rejeki yang Langsung Tembus Kuping

"Maling": Resep Sukses Lancar Rejeki Meracik Pop-Punk…