-
Selamat datang di secritaarsip, rubrik mingguan Secrita yang menelusuri arsip histori musik. Di pekan ini, Minggu Pertama Oktober (1–7 Oktober), kita merayakan kekuatan musik sebagai bahasa universal, menyaksikan bagaimana Liam Gallagher berhasil menaklukkan kembali tangga lagu, dan mengingat tragedi panggung modern.
Periode ini adalah titik balik di mana dunia secara resmi mengakui nilai seni musik bagi peradaban, namun juga pengingat bahwa panggung seni bisa menjadi rentan. Inilah momen-momen paling signifikan yang terekam dalam arsip nada pekan ini.
Momen terpenting di pekan ini adalah penetapan hari perayaan untuk musik, yang mengubah tanggal 1 Oktober menjadi simbol persatuan global.
Pada 1 Oktober 1975, Dewan Musik Internasional (International Music Council), sebuah organisasi non-pemerintah yang berasosiasi dengan UNESCO, mendeklarasikan Hari Musik Internasional (International Music Day).
Deklarasi ini adalah pengakuan filosofis yang sangat penting. Tujuannya adalah untuk:
Mendorong promosi seni musik di semua kalangan masyarakat.
Memotivasi penerapan cita-cita perdamaian dan persahabatan antar manusia, sejalan dengan misi UNESCO.
Momen arsip ini menandai pengakuan resmi terhadap musik, bukan hanya sebagai hiburan, tetapi sebagai alat penting untuk evolusi budaya dan jembatan yang melintasi kesenjangan antar komunitas. Ini adalah dasar mengapa kita merayakan musik hari ini.
Minggu Pertama Oktober seringkali menjadi periode emas untuk rilisan album yang menantang dan mendefinisikan kembali batas-batas genre mereka.
Pada 3 Oktober 2019, mantan vokalis Oasis, Liam Gallagher, membuktikan relevansinya yang abadi dengan album solo keduanya, Why Me? Why Not.. Album ini berhasil menduduki posisi No. 1 di Tangga Lagu Inggris, menegaskan status Liam sebagai ikon Britpop yang mampu menaklukkan chart di era streaming dan pop yang didominasi penyanyi solo. Kesuksesan ini menunjukkan bahwa rock klasik dengan punch yang tepat masih memiliki loyalitas pendengar yang sangat kuat.