Secrita - September 26, 2025 - 07:09 | Secrita
“Manusia”: Refleksi Siklus Kehidupan dari Masurai Lewat Nuansa Post-Punk yang Dingin

“Manusia”: Refleksi Siklus Kehidupan dari Masurai Lewat Nuansa Post-Punk yang Dingin

Instagram

Setelah melakukan rebranding dan transisi dari nama sebelumnya (Closure), band asal Malang, Masurai, resmi memperkenalkan diri dengan maxi single perdana mereka, "Manusia / Pakar Praktisi". Lagu utama dari rilisan ini, "Manusia", segera menempatkan Masurai sebagai salah satu unit post-punk Indonesia yang paling menarik, menawarkan aransemen gloomy namun introspektif dengan lirik berbahasa Indonesia yang mendalam.

"Manusia" bukan hanya sekadar musik; ini adalah perenungan filosofis tentang siklus kehidupan, tanggung jawab antar generasi, dan nilai-nilai spiritual yang terinspirasi dari ajaran Al-Qur'an.

Dari Malang ke Rusia: Sound Post-Punk yang Dingin

Secara sonik, Masurai dengan tegas memilih jalur post-punk ala band-band Slavia dan Rusia seperti Molchat Doma dan Motorama. Lagu "Manusia" dibangun di atas fondasi sound yang dingin dan minimalis: beat drum yang repetitif, bassline yang groove dan driving, serta riff gitar minimalis penuh reverb.

Atmosfer musiknya terasa murung dan sinematik, seolah mengajak pendengar untuk merenung di tengah suasana yang sunyi. Namun, di tengah kedalaman musiknya, Masurai berhasil menambahkan elemen krusial yang membuatnya terhubung dengan pendengar lokal: lirik berbahasa Indonesia yang kuat.

Perubahan bahasa lirik dari Inggris ke Indonesia ini adalah keputusan cerdas. Vokal Dheka Satria yang diwarnai gloom khas post-punk menjadi lebih berbobot ketika menyampaikan pesan yang sangat dekat dengan budaya dan ajaran lokal.

Lirik: Keutamaan Merawat dan Siklus yang Abadi

Lirik "Manusia" mengeksplorasi tema siklus hidup yang tidak pernah berhenti: kelahiran, dibesarkan, hingga tiba saatnya merawat mereka yang pernah merawat kita. Liriknya menekankan tanggung jawab spiritual seorang anak untuk memenuhi hak orang tua dan menghormati keinginan mereka.

Konsep ini, yang berakar pada nilai-nilai agama dan sosial, terasa sangat menyentuh. Liriknya bertindak sebagai pengingat akan keutamaan merawat dan menjaga orang tua, sebuah tema yang jarang diangkat sejelas ini dalam balutan musik post-punk.

"Manusia yang fana, kan abadi. Mengapa kau lupa, esensi itu?"

Penggunaan kata-kata seperti "fana" dan "abadi" dalam konteks bassline yang dark menciptakan kontras emosional yang kuat—sebuah kegelisahan modern bertemu dengan kearifan tradisional.

artikel musik lainnya

“Manusia”: Refleksi Siklus Kehidupan dari Masurai Lewat Nuansa Post-Punk yang Dingin

“Manusia”: Refleksi Siklus Kehidupan dari Masurai Lewat Nuansa Post-Punk yang Dingin

“Manusia”: Masurai Suguhkan Post-Punk Introspektif…

Dari Bandung, White Chorus Buktikan Electro-Pop Bisa Introspektif dan Relatable

Dari Bandung, White Chorus Buktikan Electro-Pop Bisa Introspektif dan Relatable

Duo electro-pop asal Bandung, White Chorus, kembali…

“MALING” Teriakan Jenaka Sukses Lancar Rejeki yang Langsung Tembus Kuping

“MALING” Teriakan Jenaka Sukses Lancar Rejeki yang Langsung Tembus Kuping

"Maling": Resep Sukses Lancar Rejeki Meracik Pop-Punk…