Secrita
Pernahkah Anda bertanya-tanya bagaimana Netflix mampu menyajikan miliaran jam konten video berkualitas tinggi setiap minggunya, kepada lebih dari 230 juta pelanggan di seluruh dunia, dengan minim sekali gangguan? Jawabannya terletak pada tumpukan teknologi program dan infrastruktur IT yang luar biasa tangguh, terukur, dan terdistribusi secara global.
Netflix tidak hanya sekadar perusahaan hiburan; ia adalah raksasa teknologi. Transisi radikal dari layanan penyewaan DVD via pos ke platform streaming global mewajibkan mereka membangun ulang seluruh sistem inti mereka, yang kini dikenal sebagai salah satu arsitektur cloud-native paling canggih di dunia.
Pada awal dekade 2010-an, Netflix membuat keputusan monumental untuk memindahkan seluruh infrastruktur komputasinya dari pusat data milik sendiri ke Amazon Web Services (AWS). Langkah ini terbukti menjadi kunci sukses mereka dalam mencapai skalabilitas dan ketahanan yang ekstrem.
Netflix menggunakan AWS sebagai Control Plane atau sistem pengendali utama. AWS menyediakan sumber daya komputasi (compute), penyimpanan (storage), dan jaringan yang elastis, yang memungkinkan Netflix untuk menyesuaikan kapasitasnya secara dinamis dengan permintaan pengguna. Bayangkan saat serial populer baru dirilis: lonjakan permintaan dapat ditangani secara otomatis berkat fitur Auto-Scaling Groups AWS.
Penyimpanan Inti (S3): Seluruh aset video asli, metadata, dan data penting lainnya disimpan dengan aman di Amazon Simple Storage Service (S3).
Daya Komputasi (EC2): Netflix menggunakan Amazon Elastic Compute Cloud (EC2) untuk menjalankan ratusan microservices yang mengelola fungsi-fungsi seperti autentikasi pengguna, manajemen langganan, dan mesin rekomendasi.
Intinya, AWS membebaskan Netflix dari kerepotan mengelola hardware fisik dan fokus pada inovasi perangkat lunak.
Jika AWS adalah pondasi, maka arsitektur microservices adalah struktur bangunannya. Netflix adalah salah satu perintis dan advokat terbesar dari arsitektur ini.
Sebelumnya, Netflix beroperasi dengan arsitektur monolitik (semua fungsi aplikasi berada dalam satu kode besar), yang sangat sulit untuk diperbarui, ditingkatkan, dan diandalkan. Mereka beralih ke microservices, memecah aplikasi monolitik menjadi ratusan layanan kecil yang berdiri sendiri, masing-masing bertanggung jawab atas satu fungsi bisnis spesifik.